Kategori
Kesehatan

Kenali Gejala Orang Terinfeksi Virus Corona di Minggu Pertama

Penting bagi kita untuk mengenali gejala terinfeksi virus Corona di minggu pertama. Dengan mengenali gejala COVID-19 lebih awal, pemeriksaan dan penanganan pun bisa segera dilakukan agar penyakit ini tidak menular ke orang lain.

Bila Anda memerlukan pemeriksaan COVID-19, klik tautan di bawah ini agar Anda dapat diarahkan ke fasilitas kesehatan terdekat:

  • Rapid Test Antibodi
  • Swab Antigen (Rapid Test Antigen)
  • PCR

Kenali Gejala Orang Terinfeksi Virus Corona di Minggu Pertama

COVID-19 merupakan penyakit akibat infeksi virus Corona atau SARS-CoV-2 yang menyerang sistem pernapasan. Sebagian orang yang terkena infeksi virus Corona bisa saja tidak mengalami gejala apa pun, tetapi banyak juga yang mengalami gejala. Biasanya, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2–14 hari setelah terpapar virus Corona.

Beberapa Gejala Infeksi Virus Corona di Minggu Pertama

Gejala COVID-19 di minggu pertama yang paling umum muncul adalah demam, batuk kering, dan kelelahan. Gejala ini bisa mirip dengan flu biasa bahkan sering dianggap menyerupai gejala demam berdarah. Selain gejala tersebut, ada juga beberapa gejala COVID-19 lain yang bisa muncul, yaitu:

  • Hilangnya kemampuan mengecap rasa (ageusia) atau mencium aroma (anosmia)
  • Hidung tersumbat
  • Mata merah
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot atau sendi
  • Ruam kulit
  • Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, atau diare diare
  • Menggigil
  • Kurang nafsu makan

Siapa yang Berisiko Mengalami Infeksi Virus Corona?

Anda bisa cek risiko virus Corona yang disediakan gratis oleh Randys-Restaurant untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan Anda telah terinfeksi virus ini. Sesuai protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Indonesia, ada 2 kriteria orang yang berisiko mengalami infeksi virus Corona, yaitu:

  • Pernah kontak dengan pasien terkonfirmasi positif COVID-19, yaitu berada dalam satu ruangan yang sama atau berjarak sekitar 1 meter selama 15 menit atau lebih dalam 14 hari terakhir.
  • Orang berusia lanjut (lansia) atau di atas 60 tahun atau memiliki penyakit penyerta, misalnya hipertensi, diabetes, asma, atau HIV/AIDS.

Jika Anda memenuhi salah satu dari kriteria di atas dan mengalami gejala-gejala COVID-19 yang telah disebutkan sebelumnya, segera lakukan isolasi mandiri dan hubungi hotline COVID-19 di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.

Jika Anda tidak mengalami gejala COVID-19 apa pun, hindari langsung memeriksakan diri ke rumah sakit karena justru bisa meningkatkan risiko Anda tertular atau menularkan virus ke banyak orang.

Namun, bila Anda mengalami penyakit penyerta dan mengalami gejala COVID-19, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Hal ini penting agar Anda bisa mendapatkan perawatan COVID-19 yang tepat.

Kategori
Blog Kesehatan

Penyebab Vagina Gatal dan Cara Mengatasinya

Vagina gatal tentu menimbulkan rasa tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya. Penyebabnya pun bisa beragam, mulai dari infeksi jamur hingga stres. Meski terlihat ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya, vagina gatal juga bisa disebabkan oleh penyakit yang lebih serius.

Vagina gatal adalah kondisi yang umum terjadi dan tidak berbahaya. Kondisi ini biasanya bersifat ringan dan bisa sembuh dalam waktu beberapa hari.

Penyebab Vagina Gatal dan Cara Mengatasinya

Namun, jika keluhan gatal pada kemaluan bertambah parah, sering kambuh, atau disertai gejala lain, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter karena mungkin keluhan tersebut menandakan adanya suatu penyakit, seperti penyakit menular seksual atau kanker vulva.

Berbagai Penyebab Keluhan Vagina Gatal

Munculnya keluhan gatal di vagina bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain:

1. Iritasi vagina

Vagina gatal dapat disebabkan oleh iritasi vagina karena pengaruh bahan-bahan kimia yang bersifat iritatif. Bahan kimia tersebut biasanya terdapat pada produk-produk tertentu, seperti kondom, sabun, tisu basah, pembersih vagina, atau pembalut.

2. Infeksi jamur

Penyebab vagina gatal lainnya adalah infeksi jamur atau kandidiasis vagina. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita yang sedang hamil, mengonsumsi antibiotik, aktif berhubungan seksual, atau wanita dengan daya tahan tubuh yang lemah.

Selain menimbulkan rasa gatal di vagina, kondisi ini juga dapat disertai keluhan lain, seperti keputihan dan vagina terasa perih.

3. Vaginosis bakteri

Selain infeksi jamur, keluhan vagina gatal juga dapat disebabkan oleh vaginosis bakteri, yaitu infeksi bakteri di vagina. Kondisi ini umumnya disertai dengan rasa perih serta keluarnya cairan dan bau tidak sedap dari vagina.

4. Penyakit menular seksual (PMS)

Vagina gatal merupakan salah satu gejala dari penyakit menular seksual, seperti herpes, klamidia, trikomoniasis, dan gonore. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada orang yang sering berganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan intim.

Selain rasa gatal, PMS juga bisa menimbulkan gejala lain pada wanita, misalnya nyeri atau perih di vagina, nyeri saat berhubungan intim, serta keputihan dengan bau yang tidak sedap.

5. Menopause

Menopause merupakan kondisi ketika seorang wanita tidak lagi mendapatkan haid atau menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Kondisi ini biasanya dialami oleh wanita di usia 45–55 tahun.

Ketika seorang wanita mengalami menopause, jumlah hormon estrogen di tubuhnya akan berkurang. Menopause dapat menyebabkan munculnya gejala vagina gatal dan kering, nyeri saat berhubungan seksual, perubahan mood, dan peningkatan berat badan.

6. Kanker Vulva

Meski jarang terjadi, vagina gatal juga bisa menjadi gejala dari kanker vulva. Selain munculnya rasa gatal di organ intim wanita, kanker vulva juga dapat menimbulkan gejala lain, seperti perdarahan, nyeri di vagina, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

7. Lichen sklerosis

Lichen sklerosis adalah gangguan kulit pada vulva yang dapat menyebabkan vagina gatal. Kondisi ini dapat menimbulkan bercak putih tipis dan sering kali dialami oleh wanita pada masa pascamenopause. Penyakit kulit lain, seperti eksim dan psoriasis, juga dapat menyebabkan vagina gatal.

8. Stres

Stres fisik dan emosional dapat menyebabkan vagina gatal. Hal ini dikarenakan saat mengalami stres, sistem kekebalan tubuh akan menurun dan membuat vagina mudah terserang infeksi, seperti infeksi bakteri atau jamur.

Gejala Lain yang Perlu Diwaspadai Ketika Mengalami Vagina Gatal

Vagina gatal dan iritasi biasanya dapat membaik dengan sendirinya. Namun, Anda perlu waspada bila keluhan tersebut menetap selama lebih dari 1 minggu, semakin parah, atau disertai keluhan lain, seperti:

  • Keluar cairan tidak normal dari vagina
  • Bisul atau luka, seperti sariawan pada vulva
  • Sulit atau terasa perih saat buang air kecil
  • Perdarahan dan pembengkakan pada vagina
  • Rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual

Apabila mengalami beberapa kondisi di atas, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Untuk memastikan penyebab keluhan vagina gatal yang Anda alami, dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan vagina dan tes penunjang, seperti tes darah dan urine, pemeriksaan cairan vagina, serta Pap smear.

Setelah penyebabnya diketahui, dokter dapat mengobati vagina gatal dengan meresepkan obat-obatan berikut ini:

  • Antibiotik, untuk mengatasi infeksi bakteri di vagina
  • Obat antijamur, baik dalam bentuk obat minum atau krim, untuk mengatasi vagina gatal karena infeksi jamur
  • Krim atau tablet estrogen, untuk mengobati vagina gatal yang disebabkan oleh menopause
  • Obat antihistamin, untuk mengatasi vagina gatal yang dipicu oleh reaksi alergi

Cara Mencegah dan Mengatasi Vagina Gatal

Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah dan mengatasi vagina gatal, yaitu:

  • Hindari penggunaan tisu, pembalut, pantyliner, dan pembersih organ kewanitaan yang mengandung pewangi.
  • Gunakan air bersih dan sabun biasa tanpa pewangi untuk membersihkan area kewanitaan serta lakukan hanya sekali dalam sehari.
  • Bersihkan vagina dengan benar, yaitu dari arah vagina menuju anus. Penggunaan tisu toilet setelah buang air kecil juga sebaiknya dilakukan dari arah vagina ke anus
  • Ganti pembalut secara rutin selama masa menstruasi.
  • Ganti celana dalam secara rutin setiap hari dan pilihlah celana dalam berbahan katun.
  • Gunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah penyakit menular seksual. Hindari berhubungan seksual ketika vagina masih terasa gatal atau nyeri.
  • Usahakan untuk tidak menggaruk vagina meski terasa gatal.
  • Gantilah pakaian olahraga, terutama baju renang, segera setelah selesai berolahraga.
  • Gunakan celana atau rok yang nyaman dan tidak terlalu ketat.

Penting untuk selalu menjaga kebersihan organ intim guna mencegah vagina gatal. Jika vagina gatal yang Anda rasakan tidak kunjung hilang dan disertai keluhan lain seperti yang telah dijelaskan di atas, segera konsultasikan ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Kategori
Blog Kesehatan

Apa Saja Bagian-Bagian Mata dan Fungsinya?

bagian-bagian mata

Banyak yang menyangka bahwa bagian-bagian mata hanya terdiri dari bola mata hitam yang dikelilingi cairan putih. Sebetulnya, hal ini tidak begitu salah. Tetapi, apabila kita telisik lebih jauh, ternyata mata merupakan salah satu organ yang sangat kompleks.

Sebagai salah satu dari lima indera kita, mata tentu mempunyai fungsi yang vital bagi kehidupan seseorang. Bayangkan ketika kita tidak dapat melihat sesuatu dengan jelas. Pasti rasanya sungguh pedih. Apalagi kalau kita tidak bisa melihat kode-kode yang dia kasih.

Organ mata manusia dikategorikan menjadi dua, yaitu organ bagian luar (kelopak mata, alis, dan bulu mata) serta organ bagian dalam.

Tidak seperti organ bagian luar yang cenderung sebagai proteksi, organ dalam mata berfungsi untuk ‘mengolah’ cahaya sampai akhirnya dapat kita ubah menjadi penglihatan. Sedikitnya, ada 17 bagian mata yang berperan penting dalam mekanisme penglihatan, yaitu:

Kornea

Kornea merupakan bagian bening yang bersifat tembus pandang dan terletak di lapisan terluar. Kornea berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya pertama kali, sebelum akhirnya cahaya dapat masuk ke sel-sel penerima di bagian dalam mata.

Kalau kita lihat mata seseorang, akan ada bagian bola hitam (pupil) dan bagian yang terlihat berwarna abu-abu, atau cokelat, atau biru, berbeda-beda tergantung faktor genetik seseorang (iris). Nah, kornea ini hanya menutupi bagian pupil dan iris tersebut.

Pupil

Pupil, yang merupakan bagian lingkaran hitam di bola mata kita, sebenarnya adalah tempat lewatnya cahaya ke dalam mata. Pupil berfungsi untuk mengatur banyak-sedikitnya cahaya yang masuk. Misalnya, ketika kita terpapar banyak cahaya, maka secara otomatis pupil akan mengecil sehingga cahaya yang masuk ke dalam mata tidak terlalu banyak. Begitu pula sebaliknya.

Iris

Iris merupakan bagian berwarna yang berada di sekitar pupil. Kalau kamu melihat orang yang punya warna mata berbeda (Maksudnya bukan yang punya mata sharinggan kayak Sasuke ya. Kalau itu pakai softlens). Nah, iris ini lah yang berperan memberi warna pada mata. Maka dari itu, iris terkadang disebut sebagai “selaput pelangi”.

Retina (Selaput jala)

Retina adalah lapisan sangat tipis yang peka terhadap cahaya. Posisinya berada di dinding paling dalam yang berfungsi untuk menangkap bayangan benda. Retina ini mempunyai reseptor cahaya yang bernama sel batang (basilus) dan sel kerucut (konus). Sayangnya, bagian belakang retina tidak memilikinya. Alhasil, ketika ada bayangan benda yang jatuh pada titik itu, kita tidak dapat melihatnya. Bagian ini disebut titik buta.

Sklera (Selaput putih)

Sklera adalah bagian dinding putih mata. Sklera ini berfungsi untuk melindungi struktur mata dan membantu mempertahankan bentuk mata.

Lensa Mata

Lensa mata adalah bagian yang bersifat lunak dan transparan. Posisinya berada di belakang iris. Bagian mata ini berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya agar bayangan suatu benda dapat jatuh di tempat yang tepat. Uniknya, lensa mata punya kemampuan yang disebut sebagai daya akomodasi.

daya akomodasi

Saraf Optik

Saraf optik berfungsi untuk meneruskan informasi visual benda yang diterima retina menuju ke otak. Nah, saraf optik ini lah yang membuat kita dapat mengetahui bagaimana bentuk suatu benda yang kita lihat. Oleh karena itu, jika saraf optik ini rusak, maka kita tidak akan bisa melihat.

Koroid

Koroid adalah dinding mata yang berfungsi sebagai penyuplai oksigen dan nutrisi untuk bagian-bagian mata yang lain, khususnya retina. Koroid biasanya berwarna cokelat kehitaman atau hitam. Warna ini bertujuan agar cahaya tidak dipantulkan kembali.

Titik Buta

Titik buta adalah bagian yang berfungsi untuk meneruskan dan membelokkan berkas saraf menuju otak. Di bagian mata ini, tidak ada sel-sel yang peka terhadap rangsangan cahaya. Itu artinya, ketika ada bayangan benda yang jatuh ke titik ini, kita tidak akan bisa melihatnya.

Ternyata bagian dalam mata tidak sesederhana yang kita kira ya, Squad. Banyak bagian-bagian mata dan masing-masingnya mempunyai fungsinya yang berbeda-beda. Yuk, jaga kesehatan mata kita supaya tidak rusak!

Kategori
Kesehatan

Jenis Zat Aditif pada Makanan, Kegunaan dan Efek Sampingnya

Zat aditif pada makanan berguna untuk menjaga makanan agar tetap segar dan tahan lama, serta meningkatkan cita rasa dan memperindah tampilannya. Zat aditif umumnya aman digunakan, tetapi ada beberapa jenis zat aditif yang diduga dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan.

Jenis Zat Aditif pada Makanan, Kegunaan dan Efek Sampingnya

Zat aditif pada makanan adalah semua bahan yang ditambahkan dan dicampurkan ke dalam produk makanan dan minuman selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan. Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Bahan Tambahan Pangan (BTP).

Produksi dan penjualan seluruh produk makanan dan minuman yang menggunakan zat aditif harus mendapatkan izin edar dan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Kegunaan Zat Aditif pada Makanan

Zat aditif umumnya ditambahkan ke dalam makanan untuk:

  • Memperlambat proses pembusukan
  • Meningkatkan atau menjaga nilai gizi
  • Membuat roti dan kue lebih mengembang
  • Memperkaya rasa, warna, dan penampilan
  • Menjaga konsistensi rasa dan tekstur makanan

Informasi mengenai zat aditif pada makanan biasanya terlampir pada label makanan dengan nama kimiawi. Misalnya, garam adalah sodium atau natrium klorida, vitamin C adalah ascorbic acid atau asam askorbat, dan vitamin E adalah alpha tocopherol.

Produsen biasanya hanya menggunakan zat aditif secukupnya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ada beberapa macam zat aditif yang paling sering digunakan pada makanan, di antaranya:

  • Garam
  • Pemanis buatan, misalnya gula, sorbitol, dan sirop jagung
  • Asam sitrat
  • Monosodium glutamat atau MSG
  • Vitamin C dan vitamin E
  • Butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT)

Jenis-Jenis Zat Aditif pada Makanan

Zat aditif pada makanan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni zat aditif alami dan zat aditif sintetis atau buatan. Zat aditif makanan yang bersifat alami bisa berasal dari tumbuhan, hewan atau mineral, serta rempah-rempah dan tanaman herbal yang dapat menambah cita rasa pada makanan.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) dan organisasi pangan dan pertanian internasional (FAO), jenis zat aditif pada makanan dapat digolongkan menjadi 3 kategori utama, yaitu:

Zat perasa makanan

Ini adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan aroma dan memperkuat rasa. Jenis zat aditif ini paling banyak digunakan dalam berbagai produk camilan, minuman ringan, sereal, kue, hingga yoghurt.

Bahan perasa alami bisa berasal dari kacang, buah-buahan, sayuran, hingga rempah-rempah. Zat perasa makanan juga tersedia dalam bentuk sintetis yang mirip dengan rasa makanan tertentu.

Enzyme preparation

Jenis zat aditif ini biasanya diperoleh melalui proses ekstraksi dari tanaman, produk hewani, atau mikroorganisme seperti bakteri.

Enzyme preparation umumnya digunakan sebagai alternatif zat aditif yang berbahan kimia dalam proses pemanggangan kue (untuk memperbaiki adonan), pembuatan jus buah, fermentasi anggur dan bir, serta pembuatan keju.

Zat aditif lainnya

Jenis zat aditif ini meliputi zat pengawet, zat pewarna, dan zat pemanis. Zat pengawet dapat memperlambat pembusukan yang disebabkan oleh jamur, udara, bakteri, atau ragi.

Selain itu, pengawet juga mampu menjaga kualitas makanan dan membantu mengendalikan kontaminasi pada makanan yang dapat menyebabkan penyakit, seperti botulisme.

Beberapa jenis BTP pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam produk pangan, yaitu asam sorbat, asam benzoat, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksibenzoat, sulfit, nisin, nitrit, nitrat, asam propionate, dan lisozim hidroklorida.

Selain itu, ada berbagai jenis zat aditif lain pada makanan dan masing-masing zat aditif tersebut memiliki kegunaannya tersendiri, di antaranya:

  • Antioksidan, untuk mencegah makanan dari proses oksidasi yang menyebabkan makanan menjadi bau atau busuk
  • Pengatur keasaman (acidity regulator), untuk mengasamkan, menetralkan, atau mempertahankan tingkat keasaman (pH) makanan
  • Humektan, untuk menjaga makanan tetap lembap
  • Garam mineral, untuk meningkatkan tekstur dan rasa
  • Stabilizer dan firming agent, untuk mempertahankan kelarutan makanan
  • Pengemulsi (emulsifier), untuk menghambat penggumpalan lemak pada makanan
  • Pengembang (raising agent), untuk melepaskan gas yang dapat membuat adonan kue dan roti lebih mengembang
  • Flour treatment, untuk memperbaiki hasil pemanggangan
  • Glazing agent atau zat pelapis, untuk memperbaiki penampilan dan melindungi makanan
  • Foaming agent, untuk menjaga konsistensi pembentukan buih
  • Pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel

Efek Samping Zat Aditif pada Makanan

Untuk memastikan zat aditif pada makanan dapat digunakan tanpa efek berbahaya, maka ditetapkanlah jumlah asupan harian yang layak dikonsumsi (Acceptable Daily Intake/ADI).

ADI adalah perkiraan jumlah maksimal zat aditif pada makanan yang dapat dikonsumsi dengan aman setiap hari selama seumur hidup, tanpa efek kesehatan yang merugikan.

Batas maksimum penggunaan zat aditif pada makanan ini telah ditentukan oleh BPOM. Bagi para produsen yang melanggar batas ketentuan tersebut, mereka bisa dijatuhi sanksi berupa peringatan tertulis hingga pencabutan izin edar produk.

Bagi kebanyakan orang, zat aditif pada makanan dalam jumlah yang aman tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Namun, ada sebagian orang yang dapat mengalami efek samping, seperti diare, sakit perut, batuk pilek, muntah, gatal-gatal, dan ruam kulit setelah mengonsumsi makanan dengan kandungan zat aditif.

Efek samping ini bisa saja terjadi jika seseorang memiliki reaksi alergi terhadap zat aditif tertentu atau jika kandungan zat aditif yang digunakan terlalu banyak.

Ada beberapa zat aditif pada makanan yang diduga memiliki efek samping terhadap kesehatan, antara lain:

  • Pemanis buatan, seperti aspartam, sakarin, natrium siklamat, dan sucralose
  • Asam benzoat dalam produk jus buah
  • Lecithin, gelatin, tepung maizena, dan propilen glikol dalam makanan
  • Monosodium glutamate (MSG)
  • Nitrat dan nitrit pada sosis dan produk olahan daging lainnya
  • Sulfit dalam bir, anggur, dan sayuran kemasan
  • Maltodextrin

Reaksi terhadap zat aditif apa pun bisa bersifat ringan atau parah. Misalnya, sebagian orang dapat mengalami gejala asma yang kambuh setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung sulfit. Sementara itu, pemanis buatan aspartam dan MSG dapat menyebabkan efek samping berupa sakit kepala.

Contoh lainnya, beberapa laporan menyebutkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dengan kadar nitrat dan nitrit yang tinggi bisa menyebabkan gangguan pada tiroid dan meningkatkan risiko kanker.

Untuk melindungi diri dari efek buruk kelebihan zat aditif pada makanan, seseorang dengan riwayat alergi atau intoleransi makanan harus lebih cermat dan teliti dalam memeriksa daftar bahan pada label kemasan.

Jika muncul reaksi atau keluhan tertentu pada tubuh Anda setelah mengonsumsi produk makanan dan minuman yang mengandung zat aditif, Anda dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Bila perlu, bawa contoh makanan atau minuman yang mungkin menjadi penyebabnya.

Kategori
Blog Kesehatan

8 Cara Mencerahkan Kulit Wajah secara Alami

8 Cara Mencerahkan Kulit Wajah Secara Alami

Kulit wajah tampak kusam tentu akan mengganggu penampilan dan mengurangi rasa percaya diri. Nah, ada beragam cara mencerahkan kulit wajah secara alami yang dapat Anda lakukan dengan mudah, baik melalui perawatan dari luar maupun dari dalam.

Kulit wajah terlihat cerah dan bersinar merupakan dambaan banyak orang. Untuk mewujudkannya pun tidak sulit dan tidak harus menggunakan produk perawatan kulit wajah yang mahal.

Anda hanya perlu rutin menjaga kesehatan dan kebersihan kulit wajah serta memastikannya tetap terhidrasi. Selain itu, penting juga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh untuk mendapatkan kulit yang lebih cerah dan sehat.

Beragam Cara Mencerahkan Kulit Wajah secara Alami

Cara Mencerahkan Kulit Wajah Secara Alami

Ada beberapa cara mencerahkan kulit wajah secara alami yang mudah dilakukan, yaitu:

1. Membersihkan wajah secara rutin

Untuk mencerahkan kulit wajah, pastikan Anda rutin membersihkan wajah 2 kali sehari, yaitu pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Ini merupakan salah satu langkah awal dari perawatan wajah untuk menghilangkan kotoran yang menempel di kulit.

Anda dianjurkan untuk menggunakan pembersih wajah sesuai dengan jenis kulit. Misalnya, pembersih wajah dengan kandungan pelembap untuk jenis kulit kering atau produk berlabel hypoallergenic untuk kulit sensitif.

Saat mencuci wajah, Anda dianjurkan untuk menggunakan air hangat. Pijat wajah dengan gerakan melingkar secara lembut, bilas wajah secara menyeluruh, dan keringkan wajah menggunakan handuk bersih dengan cara ditepuk-tepuk secara lembut.

2. Memakai toner

Setelah wajah dibersihkan, Anda bisa menggunakan toner yang berguna untuk menyehatkan, melembapkan, dan memberi nutrisi pada kulit. Teknik double cleansing ini juga akan menghilangkan sisa make up atau kotoran yang terlewatkan oleh pembersih wajah biasa.

Beberapa toner juga dapat mengatasi masalah kulit, seperti kulit kusam, jerawat, dan kulit rusak akibat sinar matahari. Hasilnya, kulit wajah tak hanya terlihat lebih sehat, tetapi juga lebih cerah, bersih, dan lembut.

3. Menggunakan pelembap wajah

Setelah wajah benar-benar bersih, gunakan pelembap wajah sesuai dengan jenis kulit agar kelembapan kulit tetap terjaga dengan baik. Tak hanya itu, sebagian produk pelembap juga telah diperkaya zat antioksidan yang dapat mencerahkan kulit wajah.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, oleskan pelembap pada kulit yang masih sedikit basah setelah mandi atau setelah mencuci muka.

4. Mengoleskan tabir surya

Tabir surya merupakan bagian dari perawatan untuk mencerahkan kulit wajah yang tidak boleh dilewatkan. Mengoleskan tabir surya dengan minimal SPF 30 setiap hari juga dapat mencegah kanker kulit, melindungi kulit dari efek buruk sinar ultraviolet, sekaligus memperlambat penuaan kulit.

Tabir surya perlu dioleskan kembali setiap 2 jam dan saat kulit terkena air atau berkeringat. Selain itu, tabir surya juga perlu diberikan 30 menit sebelum keluar rumah.

5. Menggunakan masker wajah alami

Anda juga bisa memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai masker wajah, misalnya lemon, madu, mentimun, yoghurt, teh hijau, minyak zaitun, gandum, lidah buaya, dan kopi.

Jika dilakukan secara rutin, perawatan masker wajah dari bahan alami ini bisa mencerahkan kulit Anda. Ini karena kandungan nutrisi, seperti vitamin, mineral, dan antioksidan, dalam bahan masker alami tersebut mampu membersihkan pori-pori, mengangkat sel kulit mati, dan memperbaiki kerusakan jaringan kulit di wajah.

Meski umumnya aman, penggunaan masker wajah alami tidak boleh sembarangan, sebab beberapa orang mungkin saja alergi terhadap bahan-bahan tertentu.

Oleh karena itu, lakukan tes terlebih dahulu dengan mengoleskan bahan alami yang akan digunakan ke kulit tangan. Tunggu hingga 24 jam dan lihat bagaimana kulit Anda bereaksi. Jika muncul tanda-tanda kemerahan, bentol, dan gatal, sebaiknya hentikan penggunaan bahan tersebut dan coba bahan lainnya.

6. Minum air putih yang cukup

Mencerahkan kulit wajah tidak cukup bila hanya melakukan perawatan dari luar saja, tetapi juga perlu didukung perawatan dari dalam. Salah satunya adalah dengan memenuhi asupan cairan yang dibutuhkan tubuh.

Orang dewasa disarankan untuk mengonsumsi air putih minimal 8 gelas atau sekitar 2 liter per hari agar tubuh dan kulit tetap terhidrasi dengan baik.

Saat asupan cairan tubuh tercukupi, sel kulit akan turut bekerja dengan baik serta sirkulasi dan aliran darah pun menjadi lebih lancar. Dengan begitu, kulit dan wajah juga akan terlihat lebih sehat dan cerah.

7. Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang

Selain minum air putih yang cukup, untuk mendapatkan kulit wajah yang cerah dan tampak awet muda, Anda juga perlu mengonsumsi makanan sehat untuk kulit. Misalnya, buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan makanan berprotein tinggi.

Ini karena aneka nutrisi pada makanan berperan penting dalam perbaikan jaringan kulit dan merangsang pembentukan kolagen.

8. Mengendalikan stres

Stres rupanya juga memengaruhi kesehatan kulit. Stres yang tidak terkontrol dengan baik bisa membuat kulit menjadi lebih sensitif dan memicu munculnya berbagai masalah kulit, seperti kulit kusam, jerawat, eksim, psoriaris, dan rosacea.

Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mengelola stres, misalnya tidur yang cukup dan luangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang Anda sukai. Jangan lupa juga untuk berolahraga secara rutin, ya.

Itulah berbagai cara mencerahkan kulit wajah secara alami. Jika Anda sudah menerapkannya dengan baik tetapi kulit masih tampak kusam dan tidak cerah, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter. Dokter bisa membantu Anda memberikan perawatan kulit yang sesuai dengan kondisi dan masalah kulit Anda.